Kejelian
 melihat peluang pasar, itulah kelebihan Ari Dianto dalam menjalankan 
usaha bawang goreng sejak 1996. Dengan modal awal sekitar Rp 100 ribu 
untuk membeli 10 kilogram bawang merah dari Brebes, Jawa Tengah, minyak 
goreng, dan plastik pembungkus, Ari kini mampu meraih omzet puluhan juta
 rupiah per bulan.
Ari
 dan istrinya Sri Mulyanti mengaku sempat kesulitan berbisnis bawang 
goreng. Namun berkat ketekunan dan keseriusan, mereka kini menjadi 
pengusaha bawang goreng yang sukses di Bogor, Jawa Barat. "Untuk 
pemasaran Januari-Februari kita bisa memasarkan dua sampai tiga kwintal 
per hari. Pemasaran mencakup wilayah Jabotabek," ujar Ari yang hanya 
lulusan sekolah menengah atas belum lama berselang.
Selain
 bersama sang istri dalam berbisnis, Ari dibantu 10 karyawan yang 
berasal dari lingkungan tempat tinggalnya. Ari biasa memasarkan bawang goreng seharga Rp 35 ribu per kg. Guna meningkatkan jumlah konsumen, Ari
 melakukan pendekatan langsung ke sejumlah pedagang makanan yang 
membutuhkan bawang goreng seperti penjual bakso serta pengusaha 
katering.
Keberhasilan
 berbisnis juga dirasakan Erlismiati. Sejak 2000, ia eksis memasarkan 
sambal balado kentang hasil kreasi sendiri. Dengan modal awal sekitar Rp
 300 ribu untuk pembelian bahan baku kentang, cabe giling, minyak 
goreng, dan peralatan dapur, Erlismiati kini mampu meraih omzet hingga 
Rp 10 juta per bulan. Bahkan, ia bisa mencapai keuntungan dua kali lipat
 pada hari-hari besar seperti Idulfitri dan Iduladha. "Resep saya 
ciptakan sendiri. Saya memakai pengawet alami yaitu kapur sirih," ujar 
wanita berusia 46 tahun ini.
bawang goreng renyah super
bawang goreng renyah super
Dalam
 menjalankan usahanya, Erlismiati sehari-hari dibantu lima karyawan 
tetap dan delapan pegawai lepas yang berasal dari anggota keluarga 
maupun lingkungan rumahnya di Bekasi Utara, Jabar. Ia bermula memasarkan
 produknya dari kelompok pengajian dan acara silaturahmi keluarga. 
Namun, pemasaran hasil kreasi Erlismiati kini menjangkau Kalimantan, 
Bali, hingga Mekah, Arab Saudi. "Saya biasa menjual antara Rp 6.000 per 
ons atau Rp 60 ribu per kilogram," tutur Erlismiati. Sumber: 
Liputan6.com

